Minggu, 03 September 2017

Publikasi
  1. Stimulasi Kemampuan Pra Menulis Melalui Keterampilan Motorik Halus dan Visual Motorik Di TK Kelompok B, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Dinamika Jurnal Ilmiah-UMJ 2010
  2. Peningkatan Softskill Tutor BKB PAUD Melalui Pelatihan Manajemen Program PAUD Dr.Luluk Asmawati, M.Pd Jurnal PAUD PPs UNJ 2011, Volume 5 No 2, November 2011, ISSN 1693-1602
  3. Peran Wanita dalam Peningkatkan Kualitas Keamanan, Kesehatan, Gizi Bagi AUD 0-8 Tahun Di Wilayah Kota Serang, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Jurnal Wadonism, LPPM Untirta, 2011
  4. Kompetensi Pedagogik Guru Pada Kemampuan Implementasi Holistik dan Integratif dalam Penyusunan Program PAUD, Tri Sayekti, M.Pd, Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Eksata LPPM Untirta 2011, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Edisi 20 Volume 1 , Jan-11 ISSN 1413-2176
  5. Penerapan Pendidikan Karakter Melalui Permainan Tradisional Engklek di TK Kelompok A, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Prosiding: Menerokah Ikhtiar Pendidikan dan Meniti Jati Diri dan Menata Karakter Bangsa 2012 √
  6. Peningkatan Kemampuan Seni Rupa Melalui Kegiatan Menggambar Bebas di TKIT Al Fattah Kelompok B Depok, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Jurnal PAUD PPs UNJ 2012, volume 6, nomor 1, Mei-12, ISSN 1693-1602
  7. Design Learning To Early Childhood Program in Higher Education: Six Elements For Constructivist Classroom, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd. Proceding Internatioal Conference Education Technology Program UNS, 2012, 08-Des-12
  8. Peningkatan Kreativitas Menggambar melalui Pembelajaran Berbantuan Komputer Di TK Happy Holy Kids Kelompok B Kota Depok, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Jurnal Teknodik Pustekkom, 2013, volume 17, nomor 1, hal 547-561, ISSN 2088-3978
  9. Educational Research Policy Teacher Training Development: Preparing Teacher’s For early Childhood Programs of CAI in Indonesia, Dr. Luluk Asmawati, M.Pd. ICERI UNY 2013, prosiding
  10. Peningkatan Pelestarian Budaya Di Propinsi Banten Melalui Pemberdayaan Pendidikan Keluarga dan Metode Kuis Wisata Pada Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di TK Pembina Propinsi Banten, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Penelitian Madya LPPM Untirta 2013, laporan
  11. Peningkatan Layanan Akademik Pascasarjana Untirta, Dr.Luluk Asmawati, Penelitian Hibah Pascasarjana Untirta 2013, laporan
  12. Peningkatan Kualitas Lulusan magister Teknologi Pembelajaran Relevansi Dalam Dunia Kerja Melalui Tracer Study, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Penelitian Hibah Pascasarjana Untirta, 2013, laporan
  13. Development Education Sciences For Preservice Early Childhood Teacher’s Through Content and Process In Science Activities, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Proceeding International Seminar on Education FKIP Untirta, 2014, ISBN 2355-9330, hal 133-141, The Insonesian Comtemporary Educational Platform in The Period of Technological Advancement.
  14. Pengembangan Kualitas Guru Menghadapi Kurikulum 2013: Kontinuitas Pembelajaran Anak Usia Dini Menuju SD Melalui Pendekatan saintifik dan Model pembelajaran Tematik Integratif, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Jurnal Edukasi FIP, 2014, Universitas Negeri Semarang, Jilid 23 nomor 2, 02-Mei-14, ISSN 0852-0240, Hal 113-127.
  15. Peningkatan Kreativitas Kegiatan Kolase, Montase, dan Mozaik Pada Anak TK Kelompok B, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Jurnal Penelitian dan Pengembangan PAUD FKIP Untirta, 2014, tahun 1, nomor 1, 08-Mei-14, ISSN 2355-830X
  16. Peningkatan Motorik Kasar dan Kecerdasan Kinestetik Melalui permainan Senam Pada Anak Usia Dini 5-6 Tahun di TK Al Fatah Ciruas Serang Desmalah, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd. Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran Pascasarjana Untirta 2014, volume 1, nomor 1, 10-Jul-14, ISSN 2356-2110, Hal 20-29
  17. ICT in Teaching and Learning Process: Preschool Education Natural Sciences Through Information and Communication Teachnology (ICT), Dr.Luluk Asmawati, M.Pd. Proceeding International Conference, Education, Technology, and Sciences/ICETS 2014 Natural Resources Local Cultural and ICT As Strategic Inputs on Education Development Universitas Jambi 2014, ISBN 978-602-71682-0-6, hal 169-134
  18. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Berpusat Mahasiswa (SCL) Melalui Evaluasi Hasil Perkuliahan dan Kompetensi Profesional Dosen Pada Program Studi Teknologi Pembelajaran, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Penelitian Hibah Pascasarjana Untirta 2014, laporan.
  19. Pengembangan Model Pembentukan Karakter Untuk Membentuk Kemandirian, Disiplin, dan Kerja Keras TK Wijaya Kusuma Kelompok A Kota Serang Tahun Pembelajaran 2013/2014, Sutinah, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd. Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran Pascasarjana Untirta 2014, volume 1, nomor 1, 20 November 2014, ISSN 2356-2110, Hal 97-107
  20. Dimensi Pola Asuh Orangtua Untuk Mengembangkan kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 4-5 Tahun, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd. Jurnal Teknodik Pustekkom, 2015, volume 19, nomor 1, Apr-15, ISSN 2088-3978, Hal 069-077
  21. Learning Model Development: Parenting Program Early Childhood Education To Supporting And Serving Implementation Curriculum 2013 Early Childhood Education, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Proceedings International Seminars on Education and Science Education in National Dynamics FKIP Untirta 2015, Abstract Compilation, 20-Mei-15, Hal 28
  22. Gaya Pengasuhan Orangtua Untuk Pembentukan Karakter Melalui Permainan Tradisional pada Anak Usia Dini 4-5 Tahun, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Jurnal Atikan, 2015, volume 5 (1), Jun-15, ISSN 2088-1290, Hal 11-22.
  23. Pedagogi Anak Usia Dini: Strategi Pembelajaran Melalui Bermain Di Dalam Era Digital, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Prosiding Seminar Nasional Peran Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Indonesia, Sekolah Pascasarjana UPI, 8-9 Mei 2015, ISBN 978-602-72603-0-6, Hal 273-276
  24. Pengembangan Model Pembelajaran Motorik Kasar Melalui Stimulasi Orangtua dan Permainan Dengan Bola Berpasangan pada Anak Usia Dini 4-5 Tahun, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd. Jurnal Teknologi Pembelajaran dan Penelitian Pascasarjana Untirta, 2015, tahun 2, nomor 1, Jul-15, ISSN 2356-2110, Hal 1-14
  25. Creativity Aesthetic Development: Improving Nurtured Parents To Developing Creativity And Aesthetic Based On Multiple Intelligences For Aged 4-5 Years, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd. Proceeding The 3 th International Conference of ECE 2015 Early Childhood Holistic and Integrative Faculty of Education, State University of Padang, 2015, ISBN 978=602-17125-9-7, Hal 260-271, 20-21 September 2015
  26. Holistic Integrative Education Approach For Early Childhood Education: Development Program Parenting Involvement Capasity At TK Pembina Banten Province, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd. Prosiding PPs UNY 2015, data cek cd saat company visit
  27. Kemampuan Orangtua Untuk Menstimulasi Perkembangan Anak Usia Dini Melalui Aktivitas Parenting Holistic Integrative, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Prosiding seminar Pandasaud 1 UPI Serang, Menulis untuk Jurnal Bereputasi, 24-Okt-15, ISBN 978-979-3786-52-0, Hal 22-32
  28. Pendidikan Anak Dalam Keluarga Melalui Pemanfaatan Media Pembelajaran Kartu Kata Bergambar Berbasis Pendidikan Karakter Disiplin Pada Anak Usia Dini 5-6 Tahun, Dr. Luluk Asmawati, M.Pd, Laporan Penelitian FKIP Untirta , 2015
  29. E-Learning Development Subject Family in Education Through Students Online Quizzes, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd, Proceedings of International Research Clinic and Scientific Publications of Educational Technology Pascasarjana Unesa, 2016, 06-Agust-16, ISBN 978-602-60159-0-7, Hal 900-912
  30. M-Learning Development Program Early Childhood Education 4-5 Aged Years, Dr. Luluk Asmawati, M.Pd, Prosiding Pascasarjana UNJ 2016, 7-8 Agustus 2016
  31. Pengaruh Pendidikan Anak Usia Dini Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Asupan Gizi Balita di Kecamatan Pontang Kab.Serang, Dr. Luluk Asmawati, M.Pd; Ratih Kusumawardhani, M.Pd; dr.Tri Cahyani, M.PH Hibah Penelitian FKIP Untirta 2016, Lapor, Jurnal PAUD (dalam proses), November 2016
  32. Lecturer and Educational Staff Satisfaction of Human Resources Management In Post Graduate Sultan Ageng Tirtayasa University, Dr. Luluk Asmawati, M.Pd, Proceedings ICETA 8 Pascasarjana UNIPA Surabaya, 2016, 29-Okt-16, ISBN 978-979-8559-98-3, Hal 234-240
  33. Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Terpadu Berbasis Kecerdasan Jamak di TK Kelompok A TK ABA 10 Kota Depok, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 2017, Akreditasi Nasional No 36a/E/KPT/2016, Volume 11, edisi 1, hal 145-164, Apr-17, p-ISSN 1693-1602, e-ISSN 2503-0566
  34. Pendidikan Keluarga Menumbuhkan Karakter Disiplin Melalui Pemanfaatan Media Kartu Kata Bergambar Disiplin Pada Anak 5-6 Tahun, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd. Prosiding Seminar Nasional Peran Teknologi Pendidikan Abad 21 Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di Indonesia, 2017, TPm PPs Untirta, Serang 26-27 April 2017
  35. 35. Asesmen Keterampilan Pengasuhan Orangtua Untuk Membantu Perkembangan Sosial Anak Usia 4-5 Tahun, Dr.Luluk Asmawati, M.Pd., Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran Pascasarjana Untirta, 2017, volume 4, nomor 1, 31-Mei-17, ISSN 2356-2110, Hal 1-10
Pengembangan Kualitas Guru

Pengembangan kualitas guru dalam menghadapi kurikulum 2013: Kontinuitas pembelajaran anak usia dini menuju sekolah dasar Melalui pendekatan saintifik dan penerapan model pembelajaran Tematik integratif

Luluk Asmawati

Program Studi Teknologi Pembelajaran Pascasarjana Universitas Sultan AgengTirtayasa
Jl. Raya Jakarta KM 4 Pakupatan Serang

nialuluk@yahoo.com
Abstrak

Tujuan penulisan ini untuk memantapkan guru dalam melaksanakan kurikulum 2013. Metode penelitian ini adalah studi pustaka. Pengembangan kualitas guru harus mengacu pada UU RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Guru memiliki empat kompetensi, yaitu: (1) kompetensi profesional, (2) kompetensi pedagogik, (3) kompetensi kepribadian, dan (4) kompetensi sosial. Perkembangan anak merupakan garis kontinum perkembangan yang saling terkait pada seluruh aspek perkembangan anak. Tahapan perkembangan anak usia dini menuju Sekolah Dasar menurut Piaget berada pada tahap perkembangan operasional kongkrit dan operasional formal. Hal ini juga diperkuat dengan teori Vygotsky tentang perkembangan sosial kognitif dan teori belajar sosial Albert Bandura. Kurikulum 2013 diimplementasikan melalui pendekatan ilmiah atau saintifik melalui tahapan: (1) mengamati (observing), (2) menanya (questioning), (3) menalar/asosiasi (associating), (4) mencoba (experimenting), (5) membentuk jejaring (networking), dan (6) mengkomunikasikan (communicating). Pendekatan saintifik agar lebih operasional dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui model pembelajaran tematik integratif. Model pembelajaran tematik integratif yaitu pembelajaran yang bertolok pada tema yang mengikat kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran atau antar mata pelajaran. Model pembelajaran tematik integratif diharapkan dapat membuat sebuah tema yang dapat mempersatukan indikator dari bidang pengembangan pada pembelajaran anak usia dini dan mata pelajaran pada pendidikan Sekolah Dasar. Model pembelajaran tematik integratif ini hendaknya dikembangkan dengan berlandaskan pada filosofi progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme.

Kata Kunci: kompetensi guru, kontinuitas pembelajaran PAUD menuju SD, pendekatan saintifik, model pembelajaran tematik integratif

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan perkembangan zaman erat kaitannya dengan perubahan kehidupan masyarakat. Perubahan kehidupan masyarakat mengharuskan pemerintah mampu menyiapkan kurikulum yang mampu menjawab tantangan tersebut. Pengembangan kurikulum 2013 memberikan tantangan bagi guru Sekolah Dasar dan Menegah. Hal ini karena kurikulum 2013 memiliki keunikan, seperti pada jenjang Sekolah Dasar dalam kurikulum 2013 diterapkan model pembelajaran tematik integratif mulai kelas 1 sampai dengan kelas 6 Sekolah Dasar. Pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini, model pembelajaran tematik integratif ini sudah diterapkan sejak kurikulum Taman Kanak-kanak tahun 1968. Pada akhirnya apabila jenjang Sekolah Dasar dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 menerapkan model pembelajaran tematik integratif ini maka kenyataan yang sangat ideal. Hal ini karena pendidikan harus dipandang sebagai suatu kontinum perkembangan anak. Proses memahami dan mengaplikasikan serta mengevaluasi penerapan kurikulum 2013 harus dikuatkan dengan kompetensi guru. Guru merupakan suatu profesi dalam jabatan memiliki empat kompetensi.

Profesi guru tersebut memerlukan prinsip-prinsip profesionalitas meliputi: (1) memiliki panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, (4) mematuhi kode etik profesi, (5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan, (8) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan (9) memiliki organisasi profesi yang berbadan hokum ( UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Guru sebagai pengajar memberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap kualitas pendidikan di sekolah. Guru dalam proses pembelajaran hendaknya mampu membangun sikap positif siswa dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian dan ketepatan logika intelektual, serta menciptakan kondisi-kondisi untuk sukses dalam belajar. Harapannya kondisi sukses belajar adalah guru hendaknya dapat mengoptimalkan potensi siswanya (human potential excellence) untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang mandiri, berkarakter, dan memiliki kompetensi diri .

B. Permasalahan

1.Mengapa pelaksanaan kurikulum 2013 hendaknya merupakan suatu kontinum atau kesinambungan perkembanganan akdari PAUD menuju
SD?

2.Bagaimana cara guru meningkatkan kualitas empat kompetensinya dalam menghadapi pelaksanaan
kurikulum 2013?

3. Bagaimana penerapan pendekatan saintifik yang berkesinambungandari PAUD menuju SD?

4. Bagaimanakesinambunganpenerapan model pembelajaran tematik integratif dalam pembelajaran PAUD menuju SD melalui pendektakan saintifik pada kurikulum 2013?

C. Tujuan Penulisan
1. Guru menjadi pembelajar sepanjang hayat untuk terus meningkatkan kompetensi dirinya.
2. Kurikulum sebagai arah untuk mengkonstruksi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, bermartabat, kreatif, dan berkarakter.

3. Guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengoptimalkan potensi peserta didik melalui penerapan pendekatan dan model pembelajaran yang inovatif.

D. Manfaat Penulisan
Penulisan ilmiah ini dapat bermanfaat untuk:

1. Peserta didik mampu mengoptimalkan potensi dirinya melalui pembelajaran yang menantang
dan mengundang untuk belajar.

2. Guru memahami kontinum perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Sekolah Dasar
untuk mampu berinovasi melalui penerapan model pembelajaran tematik integratif.

KAJIAN TEORETIK
A. Pengembangan Kualitas Guru
Pengembangan kualitas guru erat kaitannya dengan kompetensi guru. Pengertian
kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi profesional guru yaitu sebagai kemampuan dan
kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Berdasarkan UU No . 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi
professional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. 4
kompetensi tersebut diuraikan di bawah ini.

1. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
meluas dan mendalam. Depdiknas (2004: 9-11) bahwa kompetensi profesional meliputi
pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kajian akademik.
Pengembangan profesi meliputi: (1) mengikuti informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) mengembangkan berbagai model pembelajaran,
(3) menulis makalah, (4) menyusun bahan ajar, modul, karya ilmiah, (5) melakukan penelitian
ilmiah misalnya Penelitian Tindakan Kelas, (6) menemukan teknologi tepat guna, (7) membuat
alat peraga atau media, (8) menciptakan karya seni, (9) mengikuti pelatihan terakreditasi, (10)
mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (11) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Pemahaman wawasan meliputi: (1) memahami visi dan misi, (2) memahami hubungan
pendidikan dengan pembelajaran, (3) memahami konsep pendidikan dasar dan menengah, (4)
memahami fungsi sekolah, (5) mampu mengidenfikasi permasalah umum pendidikan dalam hal
proses dan hasil belajar, (6) mampu membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan
pendidikan sebagai jenjang yang berkelanjutan. Penguasaan akademik meliputi: (1) memahami
struktur pengatahuan, (2) memahami struktur materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai
dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa. Berdasarkan uraian di atas bahwa kompetensi
profesional guru meliputi: (1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, (2) kemampuan
penelitian dan penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan pengembangan profesi, dan (4)
pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan.

2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kompetensi pengelolaan pembelajaran yaitu merencanakan
program pembelajaran, kemampuan melakukan penilaian. Kompetensi menyusun rencana
pembelajaran yaitu: (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3) mampu
mengorganisir materi, (4) mampu menentukan metode atau strategi pembelajaran, (5) mampu
menentukan sumber belajar atau media atau alat peraga pembelajaran, (6) mampu menyusun
perangkat penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, (8) mampu mengalokasikan waktu.
Kompetensi melaksanakan proses pembelajaran meliputi: (1) membuka pelajaran, (2)
menyajikan materi, (3) menggunakan media dan metode, (4) menggunakan alat peraga, (5)
menggunakan bahasa yang komunikatif, (6) memotivasi siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, (8)
berinteraksi dengan siswa secara komunikatif, (9) menyimpulkan pelajaran, (10) memberikan
umpan balik, (11) melaksanakan penilaian, dan (12) menggunakan alokasi waktu pembelajaran.
Kompetensi melaksanakan penilaian proses belajar mengajar yaitu: (1) mampu memilih soal
berdasarkan tingkat kesulitan, (2) mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda, (3) mampu
memperbaiki soal yang tidak valid, (4) mampu memeriksa jawaban soal, (5) mampu
mengklasifikasi hasil-hasil penilaian, (6) mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian, (7)
mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian, (8) mampu menentukan korelasi
soal berdasarkan hasil penilaian, (9) mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian, (10)
mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis, (11) mampu menyusun
program tindak lanjut hasil penilaian, (12) mengklasifikasi kemampuan siswa, (13) mampu
mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian, (14) mampu melaksanakan tindak
lanjut, (15) mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut, dan (16) mampu menganalisis hasil
evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian.

3. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh guru yaitu: (1) teladan yang baik, (2)
berahlak mulia, (3) arif, (4) berwibawa, (5) mantap, (6) kematangan fisik, psikologis, dan
kognitif.

4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta didik, teman sejawat, orangtua peserta didik, dan
masyarakat. Guru harus mampu melaksanakan peran sosial meliputi: (1) interaksi guru dengan
siswa, (2) interaksi guru dengan kepala sekolah, (3) interaksi guru dengan rekan kerja, (4)
interaksi guru dengan orangtua siswa, dan (5) interaksi guru dengan masyarakat.

B. Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum 2013
1. Landasan Filosofis
Landasan Filosofis bangsa Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika. Pendidikan berakar
pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa. Kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan budaya Indonesia yang diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan
untuk membangun dasar generasi penerus di masa depan. Peserta didik adalah pewaris budaya
bangsa sehingga penerapan kurikulum 2013 harus mampu memperkuat rasa bangga, kejujuran,
kecerdasan intelektual, sikap sosial, keterampilan, cinta tanah air, patriotik, kemampuan
berkomunikasi, kepedulian, dan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik bagi peserta
didik.

2. Landasan Teoretis
Landasan teoretis kurikulum 2013 adalah pendidikan berdasarkan standar kompetensi
(competency based curriculum). Kurikulum berbasis kompetensi didesain berdasarkan teori
belajar, psikologi perkembangan anak, desain pembelajaran, dan teori perkembangan otak
(neuroscience).

3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 meliputi: (1) UUD RI 1945,
(2) UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terdapat pada pasal 35, pasal 36,
pasal 38, (3) UU No 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, (4) Peraturan Pemerintah
RI No 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional
Pendidikan, (5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013 No 54 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menegah, No 65 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah, No 66 tentang Standar Penilaian Pendidikan, No 68 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP, dan No 71 tentang Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.

4. Landasan Psikopedagogis
Landasan psikopedagogis dalam Kemendikbud 2013 yaitu: (1) Relevansi yaitu
kesesuaian program pembelajaran dengan tingkat perkembangan (kesesuaian) dan kemampuan
anak (kecukupan), (2) model kurikulum berbasis kompetensi yang mengembangkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan perkembangan dan kebutuhan anak, (3) proses
pembelajaran khususnya Sekolah Dasar menekankan pada keseimbangan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Selanjutnya penilaian berdasarkan asesmen otentik yang menilai ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan melalui tes dan portofolio.

C. Pendekatan Saintifik
Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Pendekatan ilmiah meliputi penalaran induktif
dan penalaran deduktif. Penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk
kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti
spesifik dalam relasi idea yang lebih luas. Sedangkan penalaran deduktif yaitu melihat fenomena
umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Metode ilmiah umumnya menempatkan
fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
Kriteria ilmiah yaitu proses pembelajaran yang dilaksanakan melalui pencarian (method of
inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur
dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.

1. Pengertian Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pengertian pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang ditemukan (Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, 2013:1).

2. Tujuan Pendekatan Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah: (1) untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi, (2) untuk membentuk
kemampuan siswa menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (3) terciptanya kondisi
pembelajaran dimana peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, (4)
mengembangkan karakter peserta didik, (5) untuk melatih peserta didik dalam
mengkomunikasikan ide-ide khususnya dalam menulis artikel ilmiah, (6) diperolehnya hasil
belajar yang tinggi.

3. Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik
Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi: (1) pembelajaran
berpusat pada siswa, (2) pembelajaran membentuk konsep diri peserta didik, (3) pembelajaran
kongkrit, (4) pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, (5) pembelajaran mendorong terjadinya
peningkatan kemampuan berpikir peserta didik, (6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar
peserta didik dan motivasi mengajar guru, (7) memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk melatih kemampuan dalam komunikasi, (8) adanya proses validasi terhadap konsep,
hukum, dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya.

4. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik
Langkah-langkah pendekatan saintifik terdiri atas: (1) mengamati (observing), (2)
menanya (questioning), (3) menalar (associating), (4) mencoba (experimenting), (5) membentuk
jejaring (networking). Hal ini diuraikan sebagai berikut:

a. Mengamati (observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful
learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu (misalnya menyajikan media objek secara
nyata, peserta didik senang dan tertantang, pelaksanaannya mudah), Memerlukan waktu
persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga yang lebih banyak, harus dilengkapi langkahlangkah
kerja agar waktunya terukur. Langkah-langkah mengamati yaitu: (1) menentukan objek
apa yang akan diobservai, (2) membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup yang akan
diobeservasi, (3) menentukan secara jelas data-data primer dan data-data sekundair yang perlu
diobservasi, (4) menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi, (5) menentukan secara
jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan
lancar, (6) menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, misalnya
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Bentuk keterlibatan peserta didik dalam observasi: (1) observasi biasa (common
observation) yaitu peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi, (2)
observasi terkendali (controlled observation) yaitu peserta didik sama sekali tidak melibatkan
diri dan memiliki hubungan dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati atau objek
pengamatan ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan, (3) observasi partisipatif
(participant observation) yaitu peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau
objek yang diamati.

Cara pelibatan peserta didik dalam observasi yaitu: (1) observasi terstruktur bahwa
fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah
direncanakan secara sistematis di bawah bimbingan guru, (2) observasi tidak terstruktur bahwa
apa yang harus diobservasi oleh peserta didik tidak ditentukan secara baku, peserta didik
membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif
atau situasi yang diobservasi.

Prinsip-prinsip observasi meliputi: (1) cermat, jujur, objektif, terfokus pada objek yang
diobservasi untuk kepentingan pembelajaran, (2) guru dan peserta didik sebaiknya menentukan
dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan, (3) peserta didik memahami apa yang harus
dicatat, direkam, dan bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
Jadi kegiatan belajar yaitu membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan
alat). Kompetensi yang dikembangkan yaitu melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.

b. Menanya (questioning)
Fungsi bertanya yaitu: (1) mengembangkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta
didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran, (2) mendorong dan mneginspirasi peserta
didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri, (3)
mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik dan mencari solusinya, (4) menstrukturkan tugastugas
dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan,
dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan, (5) membiasakan peserta didik
berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul, (6)
membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan
member jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar, (7)
mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menarik kesimpulan, (8) membangun sikap keterbukaan untuk saling
member dan menerima pendapat atau gagasan, untuk memperkaya kosa kata, serta
mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok, (9) melatih kesantunan dalam
berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

Kriteria pertanyaan yang baik yaitu: (1) singkat dan jelas, (2) menginspirasi jawaban, (3)
memiliki fokus, (4) bersifat probing atau divergen, (5) bersifat validatif atau penguatan, (6)
member kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang, (7) merangsang peningkatan tuntutan
kemampuan kognitif, (8) merangsang proses interaksi.

Tingkatan pertanyaan ada dua yaitu: (1) kognitif yang rendah meliputi: (a) pengetahuan
(knowledge) dengan kata kunci pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, sebutkan, jodohkan atau
pasangkan, persamaan kata, golongkan, berilah nama, (b) pemahaman (comphension) dengan
kata kunci terangkanlah, bedakanlah, terjemahkanlah, simpulkan, bandingkan, ubahlah,
berikanlah interpretasi, (c) penerapan (application) dengan kata kunci gunakanlah, tunjukkanlah,
buatlah, demonstrasikanlah, carilah hubungan, tulislah contoh, siapkanlah, klasifikasikanlah, (2)
kognitif yang tinggi yaitu: (a) analisis (analysis) dengan kata kunci analisislah, kemukakan
bukti-bukti, mengapa, identifikasikan, tunjukkanlah sebabnya, berilah alasan-alasan, (b) sintesis
(synthesis) dengan kata kunci ramalkanlah, bentuk, ciptakanlah, susunlah, rancanglah, tulislah,
bagaimana kita dapat memecahkan, apa yang terjadi seandainya, kembangkan, (c) evaluasi
(evaluation) dengan kata kunci berilah pendapat, alternatif mana yang lebih baik, setujukah Anda,
kritiklah, berilah alasan, nilailah, bandingkan, bedakanlah.

Jadi kegiatan menanya yaitu mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang
apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Kompetensi yang dikembangkan yaitu mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat.

c. Menalar (associating)
Menalar atau penalaran yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Guru dan
peserta didik merupakan pelaku aktif. Thorndike dalam teori asosiasi menjelaskan bahwa proses
penalaran dalam pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara
guru dengan peserta didik melalui stimulus dan respon, proses pembelajaran berlangsung secara
bertahap (inkremental). Thorndike juga menjelaskan hukum efek (the law of effect), hukum
latihan (the law of exercise), dan hukum kesiapan (the law of readiness). Bandura juga
berpendapat bahwa teori belajar sosial (social learning) yaitu belajar terjadi karena proses
peniruan (imitation), konsep dasar teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura
meliputi pemodelan, fase belajar, belajar vicarious, dan pengaturan diri (self regulation).
Cara menalar ada dua yaitu: (1) penalaran induktif merupakan cara menalar dengan
menarik kesimpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum.
Kegiatan menalar secara induktif dilaksanakan melalui observasi inderawi atau pengalaman
empirik, (2) penalaran deduktif (silogisme) yaitu menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan
atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Analogi dalam
pembelajaran yaitu mempertajam daya nalar peserta didik dengan jenis analogi induktif dan
deduktif. Analogi induktif yaitu kesimpulan disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua
fenomena atau gejala. Analogi deduktif yaitu menjelaskan atau menegaskan sesuatu fenomena
atau gejala yang belum dikenal atau masih samar dengan sesuatu yang sudah dikenal. Peran
guru untuk memperjelas hubungan antar fenomena yaitu: (1) guru dan peserta didik dituntut
mampu memaknai hubungan antar fenomena atau gejala khususnya hubungan sebab akibat, (2)
hubungan sebab akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu
dengan atau beberapa fakta yang lain, (3) penalaran sebab akibat yaitu hubungan sebab-akibat,
hubuangan akibat-sebab, hubungan sebab-akibat 1-akibat
2.Jadi menalar merupakan aplikasi dengan cara: (1) guru menyusun bahan pembelajaran
dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum, (2) guru tidak banyak
menerapkan metode ceramah atau ekspositori, (3) bahan pembelajaran disusun secara berjenjang
atau hirarkis, (4) kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati, (5)
setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki, (6) perlu dilakukan pengulangan dan
latihan, (7) evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik, (8) guru
mencatat semua kemajuan peserta didik untuk perbaikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar menalar atau
mengasosiasi adalah: (1) mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi, (2) pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari
solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang
bertentangan. Kompetensi yang dikembangkan yaitu: sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam
menyimpulkan.

d. Mencoba (experimenting)
Mencoba yaitu untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik melalui
pengembangan berbagai ranah tujuan belajar berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Peserta didik diharapkan mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah.

e. Membentuk jejaring (networking)
Membentuk jejaring atau kolaborasi merupakan interaksi gaya hidup manusia yang
menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik
dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Kewenangan guru bersifat direktif atau manajer belajar. Peserta didik harus aktif dalam proses
pembelajaran. Pemanfataan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran kolaboratif dengan
akses internet pembelajaran menjadi murah, mudah, dan ketersediaan informasi yang luas.
Sifat pembelajaran kolaboratif yaitu: (1) guru dan peserta didik saling berbagi informasi,
(2) guru dan peserta didik berbagi tugas dan kewenangan, (3) guru sebagai mediator, (4)
kelompok peserta didik yang heterogen, (5) kekurangan guru terhadap materi pembelajaran dapat
dilengkapi dengan akses informasi dari internet.

Berdasarkan uraian pendekatan saintifik di atas peserta didik juga harus mampu
mengkomunikasikan proses berpikirnya. Kegiatan belajar mengkomunikasikan yaitu
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,
atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan yaitu mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas
dengan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

D. Kontinuitas Pembelajaran PAUD Menuju SD Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Tematik Integratif
1. Model Pembelajaran Tematik Integratif
Pengertian pembelajaran tematik integratif adalah pokok pikiran atau gagasan pokok
yang menjadi topik suatu pembelajaran. Integratif artinya keterpaduan atau terintegrasi atau satu
kesatuan. Jadi pembelajaran tematik integratif adalah satu kesatuan pokok pikiran yang
digunakan sebagai pemersatu topik. Pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengkaitkan
beberapa mata pelajaran atau bidang pengembangan sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada peserta didik untuk memahami gejala dan konsep yang akan dipelajari.

2. Strategi Model PembelajaranTematik Integratif
Suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa pokok bahasan atau bidang
pengembangan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Keterpaduan dalam
pembelajaran dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek
pembelajarannya.

Peran tema dalam pembelajaran sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang
memadukan beberapa mata pelajaran. Tema juga dapat mempersatukan indicator dari mata
pelajaran atau bidang pengembangan. Fogarty (1991:11) menjelaskan bahwa tema yang dibuat
dapat mengikat kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu maupun antar mata
pelajaran.

Ciri-ciri pembelajaran tematik meliputi: (1) berpusat pada anak, cara anak bergerak,
berpikir, dan bertindak, (2) memberikan pengalaman langsung pada anak, nyata, kongkrit, dan
sesuai dengan konteksnya, (3) pemisahan bidang pengembangan tidak begitu jelas atau
terintegrasi satu dengan lainnya, (4) menyajikan konsep dari berbagai bidang pengembangan
dalam suatu proses pembelajaran, (5) bersifat fleksibel atau luwes, sesuai dengan kebutuhan dan
tahapan perkembangan anak, (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak.

Prinsip-prinsip pemilihan tema meliputi: (1) kedekatan yaitu tema dipilih dari tema yang
terdekat dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan anak, (2)
kekonkretan yaitu tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang kongkrit ke abstrak, (3)
kemenarikan yaitu tema dipilih dari tema-tema yang menarik minat anak, (4) kesesuaian yaitu
tema sesuai dengan nilai, kepercayaan, budaya yang berlaku di masyarakat dan perkembangan
anak, (5) kearifan lokal yaitu tersedianya berbagai sumber atau potensi lokal yang dapat
mendukung pengembangan tema, (6) keinsidentalan yaitu kejadian di sekitar anak atau sekolah
yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan ke dalam pembelajaran
walaupun tidak sesuai dengan tema hari itu.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integratif adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan sub tema ke dalam semua bidang
pengembangan atau mata pelajaran. Pembelajaran tematik integratif bertolok dari tema dan sub
tema yang ada di dalam kurikulum SD. Tema adalah ide pokok, ide pokok tersebut dipilih
menjadi sentral kegiatan. Langkah-langkah pembelajaran tematik integratif meliputi: (1)
pembukaan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang
memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, guru
mengucapkan salam, mengecek kehadiran, (2) kegiatan inti yaitu suatu proses pembentukan
pengalaman dan kemampuan peseta didik secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi
waktu tertentu, (3) kegiatan penutup yaitu guru memberikan validasi terhadap konsep, hukum,
atau prinsip yang telah dikonstruk oleh peserta didik, guru melakukan pengayaan materi
pembelajaran yang dikuasai peserta didik. Validasi dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
kebenaran konsep, hukum, atau prinsip yang telah dikonstruksi oleh peserta didik.

PEMBAHASAN
Program peningkatan profesionalisme guru meliputi: (1) sifat program berupa pelatihan,
lokakarya, konsultasi, praktik, (2) area pengembangan yaitu guru, kepala sekolah, dan pengawas
sekolah, (3) materi program yaitu penguatan kembali peran guru, manajemen kelas, model
pembelajaran inovatif, alat peraga dan sumber belajar, penilaian pembelajaran, bedah buku
sekolah, pengembangan silabus dan perencanaan program pembelajaran, dan pelatihan dan
pendampingan kurikulum 2013.

Aspek yang berorientasi pada kompetensi inti (core competence) meliputi: (1)
kompetensi professional yaitu guru memiliki keahlian pada bidang keilmuan sehingga mampu
mentransfer ilmu secara tuntas kepada peserta didik. Cara peningkatan kualitas profesional
melalui kuliah, mengikuti seminar, workshop, lokakarya, membaca buku, dan searching web. (2)
kompetensi pedagogik yaitu guru mampu memahami tahap perkembangan peserta didik,
kebutuhan, keunikan setiap anak. Guru harus mampu memahami, menerapkan model-model
pembelajaran inovatif sesuai dengan kebutuhan tematiknya. (3) kompetensi kepribadian yaitu
guru harus dapat mengenali diri sendiri terutama aspek emosi, konsep dan cara berpikir. Guru
juga harus memiliki kecerdasan emosi yang prima terutama dalam menggendalikan emosi,
marah, cemas, dan tidak berdaya. Kecerdasan emosi guru juga modalitas preventif untuk
menghindari kekerasan terhadap peserta didik. Guru juga harus mampu secara cepat untuk
beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan kelasnya. (4) Kompetensi sosial yaitu guru
hendaknya menjadikan peserta didik menjadi mitra belajar. Guru mampu berkomunikasi dengan
peserta didik, teman sejawat, orantua peserta didik, dan masyarakat untuk mengarahkan perilaku
peserta didik pada perilaku yang direncanakan. Jadi kompetensi sosial yaitu mendorong guru
untuk aktif merancang rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis kebutuhan dan kondisi real
peserta didik yang diharapkannya.

Perencanaan pembelajaran terpadu menguraikan tentang pengertian; prinsipi-prinsip,
tingkat keterpaduan, dan model-model pembelajaran terpadu di PAUD menuju SD yaitu
pengertian pembelajaran terpadu menurut Fogarty bahwa anak-anak memahami konsep
keterpaduan secara utuh (vertikal dan horisontal). Keterpaduan secara vertikal adalah
keterpaduan yang mendalam (deep) dalam membahas suatu konsep atau topik. Keterpaduan
secara horisontal adalah keterpaduan yang meluas (wide) dalam membahas suatu konsep atau
topik. Jadi konsep keterpaduan yaitu topik dibahas secara meluas dan mendalam.
Lake menjelaskan bahwa pembelajaran terpadu merupakan sebuah pendidikan yang
mempersiapkan anak-anak untuk menjadi pelajar sepanjang hayat. Fogarty (1991: xiii)
pembelajaran terpadu mencakup kegiatan yang mengkombinasikan berbagai mata pelajaran,
menekankan pembelajaran proyek, sumber-sumber yang digunakan dekat dengan kehidupan
anak, menghubungkan berbagai konsep, menggunakan pendekatan tematik, memiliki jadwal dan
pengelompokkan anak yang fleksibel. Jadi anak-anak dipacu dan dipicu menjadi pebelajar yang
diharapkan anak mampu mengejar kebutuhan belajarnya secara individual. Anak dalam proses
belajar tersebut difasilitasi dengan tema-tema yang didesain secara bermakna dan dekat dengan
kehidupan anak.

Prinsip-prinsip pembelajaran tematik integratif dikaitkan dengan penggalian tema-tema,
pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian. Bredekamp berpendapat bahwa prinsip
pembelajaran terpadu adalah: (1) tema harus berorientasi pada usia, perbedaan individu, dan
karakteristik sosial budaya anak, (2) tema harus berkaitan langsung dengan pengalaman nyata
anak dan harus dikembangkan berdasarkan hal-hal yang telah anak ketahui dan yang ingin
diketahui anak, (3) setiap tema harus menyajikan konsep-konsep yang dapat diselidiki oleh
setiap anak melalui pengalaman praktik langsung, (4) tema harus mengintegrasikan materi
dengan kegiatan, (5) anak harus aktif terlibat di dalam kegiatan, (6) kegiatan pada tema harus
menggambarkan kegiatan yang beragam, (7) tema dilakukan melalui kegiatan proyek yang
menghasilkan produk kreativitas, (8) tema harus memberikan kesempatan kepada anak untuk
merefleksikan apa yang telah anak ketahui, (9) tema harus dapat diperluas atau diperbaiki sesuai
dengan minat anak dan pemahaman yang ditunjukkan oleh anak, (10) mengakomodasikan
kebutuhan anak untuk bergerak, berinteraksi sosial, kemandirian, dan harga diri yang positif, (11)
menyediakan kesempatan bermain untuk menterjemahkan pengalaman ke dalam pemahaman,
(12) menghargai perbedaan individual, latar belakang budaya, pengalaman keluarga anak yang
dibawa ke dalam kelas. Jadi pada prinsipnya pembelajaran terpadu bertujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan, keunikan, dan kebutuhan anak sesuai dengan usianya.
Tingkat keterpaduan menurut Fogarty (1991: 5-14) ada sepuluh model pembelajaran
terpadu. Model-model tersebut mulai dari keterpaduan yang bersifat vertikal sampai keterpaduan
yang bersifat horisontal. Sepuluh model pembelajaran terpadu tersebut, antara lain: (1)
model fragmented, (2) model connected, (3) model nested, (4) model sequenced, (5) model
shared, (6) model webbed, (7) model threaded, (8) model integrated, (9) model immersed, dan
(10) model networked.

Drake (2007: 31-36) menjelaskan ada empat tingkat keterpaduan. Tingkat pertama
disebut peleburan (fusion), tingkat kedua yaitu keterpaduan beberapa disiplin ilmu (multi
disciplinary), tingkat ketiga yaitu keterpaduan antar cabang ilmu pengetahuan (interdiciplinary),
dan tingkat keempat yaitu keterpaduan melintas antar disiplin ilmu (transdisciplinary). Pada
tingkatan pertama (fusion) sebuah topik dileburkan ke dalam kurikulum yang ada. Misalnya guru
menggambar membuat satu objek gambar untuk meleburkan kegiatan menggambar ke dalam
tema. Pada tingkatan kedua yaitu keterpaduan beberapa disiplin ilmu (multi disciplinary) bahwa
setiap disiplin tetap berbeda, tetapi dibuat hubungan yang disengaja di antara disiplin tersebut.
Pada tingkatan ketiga yaitu antar cabang ilmu pengetahuan (interdiciplinary) dilakukan dengan
membuat hubungan antar mata pelajaran menjadi eksplisit. Keterpaduan ini masih menggunakan
tema, isu, atau masalah, tetapi konsep-konsep antar cabang ilmu lebih ditekankan melintasi
berbagai mata pelajaran. Misalnya konsep-konsep yang digunakan adalah konsep seperti konflik
atau perubahan. Pada tingkatan keempat yaitu keterpaduan melintas antar disiplin ilmu
(transdisciplinary) dilakukan dengan membuat hubungan antara lintas disiplin ilmu dengan
memilih kedekatan isi ilmu tersebut. Misalnya konsep pendidikan multikultur bagi anak usia dini
yang mengangkat tema tanah airku.

Karakteristik pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang berpusat pada anak.
Anak aktif melakukan eksplorasi, bertanya, dan praktik langsung. Pengalaman langsung pada
anak yaitu anak memperoleh pengalaman langsung dengan menggunakan panca inderanya. Anak
melihat, menyentuh, meraba, mendengar, merasa, dan mencium suatu objek untuk membangun
pengalaman belajar. Anak belajar dengan cara memanipulasi objek, mengamati suatu peristiwa,
perubahan, dan berinteraksi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Mengutamakan proses
pembelajaran daripada hasil pembelajaran yaitu anak belajar suatu konsep secara utuh melalui
proses pembelajaran. Bersifat luwes yaitu guru dapat memilih tema dari yang terdekat dengan
anak sampai tema yang lebih jauh.